Cikarang, 16 Mei 2025 – Halo, Sobat BSI! Tahukah kamu kalau kebiasaan kecil seperti memilah sampah bisa berdampak besar untuk lingkungan? Nah, demi menanamkan kebiasaan baik ini sejak dini, mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kampus Cikarang menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di Taman Pendidikan Anak (TPA) Mutiara Bangsa dengan tema utama: edukasi pemilahan sampah organik dan non-organik.
Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat, melibatkan anak-anak usia dini sebagai peserta utama. Tujuannya jelas: mengenalkan konsep pemilahan sampah dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sejak kecil menjadi harapan besar dari kegiatan ini.
Rangkaian Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2025 ini berlangsung penuh semangat dan keceriaan. Rangkaian acara meliputi:
- Sosialisasi Interaktif
Anak-anak dikenalkan pada dua kategori utama sampah, yaitu organik dan non-organik, melalui media gambar, boneka tangan, dan benda nyata dari kehidupan sehari-hari. - Simulasi Pemilahan Sampah
Anak-anak diajak untuk memilah sampah secara langsung dengan memasukkan benda-benda ke dalam tempat sampah yang sudah diberi label dan warna berbeda. - Game Edukasi dan Kuis Lingkungan
Untuk membuat kegiatan lebih menarik, mahasiswa mengadakan permainan “Tebak Sampah”, kuis ringan, dan lomba memilah cepat untuk melatih ketepatan dan kecepatan anak dalam mengenali sampah. - Kreasi Tempat Sampah dari Barang Bekas
Anak-anak diberikan bahan bekas seperti botol plastik, kardus, dan kertas untuk membuat tempat sampah mini yang bisa mereka bawa pulang dan gunakan di rumah. - Penutupan dan Apresiasi
Kegiatan ditutup dengan pemberian hadiah kepada peserta aktif dan penyerahan simbolis tempat sampah terpilah kepada pihak TPA Mutiara Bangsa.
Mengenalkan Konsep Sampah Sejak Dini
Di era modern seperti sekarang, kesadaran masyarakat soal pengelolaan sampah memang semakin meningkat. Tapi sayangnya, tidak semua orang paham pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Padahal, memilah sampah organik dan non-organik bisa mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan bahkan bisa dimanfaatkan kembali.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa Universitas BSI Cikarang ingin memulai dari akar – yaitu dari anak-anak. “Anak-anak adalah agen perubahan masa depan. Kalau sejak kecil mereka sudah tahu cara membedakan sampah dan peduli pada lingkungan, kelak mereka akan menjadi generasi yang lebih bertanggung jawab,” ujar salah satu mahasiswa peserta kegiatan.
Serunya Belajar Sampah Lewat Game dan Kreativitas
Kegiatan yang dilaksanakan pada 16 Mei 2025 ini dikemas secara edukatif tapi tetap fun. Sobat BSI pasti senang dengarnya: anak-anak diajak belajar lewat bermain, bukan ceramah yang bikin ngantuk!
Kegiatan dimulai dengan cerita bergambar interaktif tentang “Sampah Baik dan Sampah Nakal”, yang menggambarkan perbedaan antara sampah organik (seperti sisa makanan, daun, dan kulit buah) dengan non-organik (seperti plastik, botol bekas, dan kaleng). Setelah itu, anak-anak diberi kesempatan untuk memilah langsung berbagai jenis sampah ke tempat sampah yang sudah diberi label warna.
Supaya makin seru, panitia menyiapkan games edukatif, seperti “Tebak Jenis Sampah” dan “Lomba Pilah Cepat”. Tak hanya menambah semangat, game ini juga membuat materi jadi lebih mudah diingat. Bahkan, ada sesi kreatif membuat tempat sampah dari barang bekas, loh! Anak-anak menghias botol bekas jadi tempat sampah mini yang bisa dibawa pulang ke rumah.
Dukung Lingkungan, Dukung Pendidikan
Tak hanya mengedukasi, kegiatan ini juga menjadi bentuk kepedulian Universitas BSI terhadap pendidikan anak dan lingkungan sekitar. “Kami ingin membangun kesadaran bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tugas orang dewasa. Anak-anak juga bisa mulai belajar dari hal kecil yang mereka lakukan setiap hari,” kata koordinator kegiatan.
TPA Mutiara Bangsa sendiri menyambut baik inisiatif ini. Para guru merasa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat karena memperkaya kurikulum mereka yang selama ini lebih fokus pada hafalan dan pembelajaran agama. “Anak-anak jadi lebih aktif, belajar sambil bermain, dan mulai membawa kebiasaan baru ke rumah,” tutur salah satu pengajar.
Edukasi yang Berkelanjutan
Sobat BSI, kegiatan pengabdian masyarakat ini bukan sekadar kegiatan seremonial satu hari. Mahasiswa BSI berkomitmen untuk melakukan pemantauan pasca-kegiatan, agar materi yang sudah disampaikan tidak hilang begitu saja. Ada rencana untuk kembali mengadakan sesi lanjutan dan bahkan mengajak orang tua murid ikut serta di kegiatan selanjutnya.
Yang menarik, hasil dari kegiatan ini tidak hanya memberi dampak ke anak-anak. Para mahasiswa peserta juga mengaku dapat pelajaran berharga dari pengalaman langsung berinteraksi dengan anak dan masyarakat. “Kami belajar cara menyampaikan pesan lingkungan dengan cara yang ramah anak. Ternyata edukasi itu bukan cuma soal isi, tapi juga soal pendekatan,” ujar salah satu relawan.
Yuk, Mulai dari Hal Kecil!
Sobat BSI, kegiatan ini jadi bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan oleh anak-anak. Pemilahan sampah organik dan non-organik bukan hanya tugas pemerintah atau petugas kebersihan, tapi juga tanggung jawab kita semua.
Kalau anak-anak saja bisa belajar memilah sampah, masa kita enggak? Yuk, mulai sekarang, pisahkan sampahmu dan ajarkan juga ke orang-orang di sekitarmu. Karena bumi yang bersih itu tanggung jawab bersama!